PEPS: Kinerja Ekonomi Anies Baswedan Jauh Lebih Bagus Ketimbang Jokowi

Jakarta - Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan menilai kinerja ekonomi Anies Baswedan di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta lebih baik ketimbang Joko Widodo (Jokowi) maupun Basuki T Purnama alias Ahok. Sebab, angka pertumbuhan ekonomi DKI di era Anies lebih tinggi ketimbang saat Jokowi ataupun Ahok menjadi gubernur ibu kota.

Anthony mengatakan, pertumbuhan ekonomi DKI saat Jokowi menjadi gubernur pada 2012 hanya 6,53 persen. Pada 2013, pertumbuhan ekonomi DKI kembali turun menjadi 6,07 persen.

Namun, pertumbuhan ekonomi DKI pada 2014 justru anjlok ke 5,91 persen. “Jadi turun terus. Di zaman Ahok itu juga menurun terus kemudian sampai 5,87 persen pada 2016,” kata Anthony dalam diskusi bertajuk Leadership Outlook 2020: Potret Kinerja Pemimpin Potensial yang diselenggarakan KAHMI Institute di Jakarta Pusat, Selasa (31/12).

Anthony juga membeber angka kemiskinan di DKI pada era kepemimpinan Jokowi. Saat mantan wali kota Surakarta itu menjadi gubernur DKI, tingkat kemiskinan di ibu kota justru naik.

Pada 2012 tingkat kemiskinan di DKI Jakarta sebesar 3,69 persen. Angka itu naik menjadi 4,09 persen pada 2014.

Apa artinya? Artinya kesenjangan sosial di DKI meningkat tajam,” ujar Anthony.

Lebih lanjut Anthony mengatakan, angka kemiskinan di DKI saat Anies menjadi gubernur mulai mengalami penurunan. Pada Maret 2018, tingkat kemiskinan turun menjadi 3,57 persen.

Enam bulan kemudian atau September 2018, tingkat kemiskinan di DKI turun lagi menjadi 3,55 persen.

“Anies Baswedan mengenai pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan berbanding terbalik dengan Pak Jokowi. Yang paling terkini bahwa kebijakan Anies adalah berdasarkan untuk rakyat, yaitu menaikkan gaji pegawai tidak tetap Pemprov DKI. Guru TK, guru SLB, guru SD dan sebagainya itu dinaikkan gajinya,” kata dia.

Anthony menambahkan, Anies juga menganggarkan dana Rp 22 miliar untuk menaikkan gaji guru PAUD. Selain itu, Anies juga menjanjikan pemberian tambahan Rp 500 ribu per bulan kepada guru PAUD.

Menurut Anthony, mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu juga berani mengucapkan selamat Natal, bahkan mendatangi gereja. Anthony menilai keberanian mengambil kebijakan tidak populis justru mencerminkan kepribadiannya sebagai pemimpun.

“Dia berani berisiko tetapi beliau berprinsip keadilan, kesetaraan. Terlepas daripada hal kontroversi itu, apa yang dilakukan oleh beliau menunjukkan kepribadian sebagai pemimpin,” jelas Anthony.(*glr)